INDONESIA

INDONESIA

Breaking News
Showing posts with label hewan. Show all posts
Showing posts with label hewan. Show all posts

Sunday, December 22, 2013

Kelinci Sumatera, Kelici langka asli Indonesia

Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk di dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Asal kata kelinci berasal dari bahasa Belanda, yaitu konijntje yang berarti "anak kelinci". Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara mula mengenali kelinci saat masa kolonial, padahal di Pulau Sumatera ada satu spesies asli kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) yang baru ditemukan pada tahun 1972.

Kelinci Sumatra (Nesolagus netscheri), juga dikenal dengan nama Kelinci Sumatra telinga pendek atau Kelinci belang Sumatra, adalah jenis kelinci liar yang hanya dapat ditemukan di hutan tropis di pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatra, Indonesia. Populasi kelinci Sumatra mengalami penurunan yang signifikan yang diakibatkan oleh perambahan hutan yang agresif di pulau Sumatra.

Berukuran sekitar 40 cm panjangnya, kelinci Sumatra memiliki garis-garis kecoklatan, dengan ekor berwarna merah, dan bawah perutnya berwarna putih. Biasanya tinggal di hutan dengan ketinggian 600-1400 meter dari permukaan laut. Kelinci ini merupakan hewan nokturnal, dengan menempati bekas atau liang hewan lain. Makanannya adalah pucuk daun muda dan tanaman yang berukuran pendek, namun kelinci hutan yang ditangkarkan memakan biji-bijian dan buah-buahan.

Populasi hingga Nesolagus netscheri saat ini tidak diketahui dengan pasti namun diduga keras sangat langka di habitat aslinya. Penampakan langsung (dengan mata telanjang) terakhir kali pada tahun 1972. Setelah itu baru teramati dua kali pada tahun 2000 dan 2007 itupun melalui kamera pengintai (camera trap) yang dipasang di wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Sejak tahun 2008, Kelinci Belang Sumatera oleh IUCN Redlist, dimasukkan dalam status konservasi “Vulnerable” (Rentan) meskipun pernah didaftarkan sebagai “Critically Endangered” (Kritis) pada tahun 1996 dan “Endangered” (Terancam) (1994).

Ancaman terbesar kepunahan ras kelinci asli Indonesia ini berasal dari rusaknya hutan sebagai habitat alami yang banyak dibuka menjadi lahan pertanian, terutama teh, kopi dan kakao. Selain itu juga seforestasi hutan akibat kebakaran hutan.




Read more ...

Sunday, September 22, 2013

Keistimewaan Komodo

Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu pulau langka di dunia karena di pulau inilah terdapat sejenis hewan melata yang namanya sama dengan nama pulau itu; komodo. Menurut LiveScience, komodo dijuluki sebagai 'dinosaurus terakhir di muka bumi'. Keberadaannya baru dikenal luas pada tahun 1910. Kala itu pemerintah kolonial Belanda mendengar kisah rakyat mengenai 'buaya yang hidup di darat'. Beberapa tahun kemudian, sebuah makalah ilmiah terbit, mengidentifikasikan komodo sebagai kadal monitor. Nama latin Veranus komodoensis pun disematkan padanya. Mulai tahun 1915, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk melindungi hewan langka itu.

Tak hanya unik, komodo ini telah lama menjadi objek penelitian banyak ilmuwan. Satu persatu para ilmuwan menguak misteri komodo. Berikut hasil penelitian ilmuwan tentang komodo :


  • Komodo betina dapat memiliki anak tanpa pembuahan dari komodo jantan. "Flora", nama komodo yang tinggal di Chester Zoo, London, menjadi buktinya. Pada 2006 lalu, ia menghasilkan 11 telur komodo melalui proses partenogenesis (reproduksi aseksual tanpa pembuahan). Tujuh dari telur-telur tersebut berhasil menetas. Kejadian di kebun binatang London itu adalah kali pertamanya pertenogenesis komodo yang tercatat sepanjang sejarah. Ilmuwan menguak reproduksi komodo dapat dilakukan secara seksual atau aseksual, tergantung pada kondisi lingkungan mereka.
  • Gigitannya mematikan. Meski berbadan besar (dapat mencapai 3 meter), gigitan komodo termasuk lemah. Namun kadal raksasa ini dapat memangsa hewan besar seperti kerbau miosalnya. Lalu apa rahasia gigitan komodo? Ahli biologi dari University of New South Wales, Australia, menemukan, dalam mulut komodo terdapat beberapa lusin gigi setajam silet. Gigi runcing itu dikombinasikan otot kuat di lehernya yang gemuk. menurut Stephen Wroe, kombinasi teknik makan cerdas dan tajamnya gigi, memungkinkan gigitannya berakibat mematikan. untuk menguak misteri gigitan komodo, para ilmuwan membangun model kepala dan tengkorak hewan itu dengan perangkat lunak. Rahang komodo boleh saja lemah, tetapi 100 juta tahun evolusi telah memberinya senjata yang ampuh. Komodo mempunyai teknik makan yang unik. terus menerus menarik makanannya. Komodo menangkap mangsanya dan menghujamkan 60 gigi tajam. Otot tenggorokannya yang kuat akan menarik mangsanya masuk keluar perut. Komodo akan menelan utuh mangsanya dan memuntahkan sisa-sisa yang tidak dapat dicerna, yaitu rambut dan sebagian tulang.
  • Air liurnya juga mematikan, selain keunikan teknik makannya, komodo juga memiliki senjata lain untuk melumpuhkan mangsanya, yaitu air liur. Meski seekor hewan dapat lolos dari serangan komodo, ia segera melemah dan akhirnya mati. Untuk jangka waktu yang lama, para peneliti menduga bakteri di air liur hewan itu bertanggung jawab menimbulkan luka infeksi yang parah pada korbannya. Bakteri itu meracuni darah korban. Namun, dugaan itu terbantahkan pada tahun 2005. "Adanya bakteri pada air liur komodo telah menjadi dongeng ilmiah, kata Brian Fry, peneliti racun di University of Melbourne, Australia. Fry dan timnya mempelajari susunan biokimia dalam air liur komodo. Mereka menemukan, racun tersebut dengan cepat menurunkan tekanan darah, mempercepat hilangnya darah dan membuat korban menjadi syok hingga tak berdaya melawan. Para ilmuwan menemukan, apa yang terkandung dalam air liur komodo serupa dengan racun yang dimiliki ular paling berbisa yang hidup di pedalaman Taipan, Australia. Sementara para rekannya takjub dengan penemuan ini, Fry mengaku tak heran. Sebab, penelitian yang pernah ia lakukan sebelumnya menemukan, sejumlah spesies kadal seperti iguana, kadal tak berkaki, dan kadal monitor juga memiliki bisa.


        
Read more ...

Monday, May 20, 2013

Elang Jawa, Garuda Indonesia

Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.Sorot matanya yang tajam, paruhnya yang kokoh,kepakan sayapnya yang kuat dan sosoknya yang nampak berwibawa dan gagah mungkin yang menjadikannya sebagai Lambang Negara Indonesia.

Klasifikasi Ilmiah :

KKerajaan       : Animalia
Divisi            : Chordata
Kelas            : Aves
Ordo            : Falconiformes
Famili           : Accipitridae
Genus           : Nisateus
Spesies         : N. bartelsi
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)merupakan spesies yang sangat sulit karena satwa tersebut sangat sensitif dan jumlah nya yang relatif sedikit di alam. Dari beberapa survey dan research yang dilakukan oleh para pengamat dan pecinta burung pemangsa di Gunung salak hanya ditemukan beberapa titik pengamatan yang  dapat menyaksikan secara langsung aktivitas burung tersebut. Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 mdpl.
Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.
Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkanayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.
Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.Pohon untuk sarangnya merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi. 

Karakter Elang Jawa:
  • ·         Memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai dengan panjang mencapai 12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga Elang Kuncung.
  • ·         Ukuran tubuh dewasa, dari ujung paruh hingga ujung ekor sekitar 60-70 cm.
  • ·         Berbulu cokelat gelap pada punggung dan sayap. Bercoretan coklat gelap pada dada dan bergaris tebal coklat gelap di perut. Ekornya coklat bergaris-garis hitam.
  • ·         Ketika terbang, Elang Jawa hampir serupa dengan Elang Brontok bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.
  • ·        Bunyi nyaring bernada tinggi, berulang-ulang dan bervariasi.

Read more ...

Baluran, Little Afrika in Java

Baluran, nama salah satu taman nasional di Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Taman Nasional Baluran memiliki luas sekitar 250 km2, dengan rincian :

  • zona inti (12.00 Ha)
  • zona rimba (5.537 Ha)
  • zona pemanfaatan intensif (800 Ha)
  • zona pemanfaatan khusus (5.780 Ha)
  • zona rehabilitasi (783 Ha)
Nama Taman Nasional ini diambil dari nama sebuah gunung yang ada di wilayah taman nasional ini, yaitu Gunung Baluran.Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan, oleh karena itu Taman Naional Baluran sering disebut sebagai Afrikanya Jawa.


Mengenai mahluk hidup yang mendiami taman nasional ini, ada sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering, seperti Widoro bukol, Mimba , dan Pilang. Dan 26 jenis mamalia dan 155 jenis burung, seperti Banteng Jawa, Kerbau liar, rusa, macan tutul, burung merak, ayam hutan merah, bangau tong-tong, dan lainnya.
Tetapi yang menjadi ciri khas dari taman nasional ini adalah Banteng Jawanya. 

Pos-pos pengamatan yang ada di Taman Nasional Baluran :
  • Batangan. Di sini terdapat peninggalan sejarah berupa goa Jepang, makam putra Maulana Malik Ibrahim, atraksi tarian burung merak pada musim kawin (antara bulan Oktober/November) dan berkemah. Fasilitas yang ada di sini antara lain pusat informasi dan bumi perkemahan.
  • Bekol dan Semiang. Di sini terdapat fasilitas pengamatan satwa seperti ayam hutan, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau liar, dan burung. Fasilitas yang adadi sini antara lain wisma peneliti, wisma tamu, dan menara pandang.
  • Bama, Balanan, dan Bilik. Di sini merupakan lokasi wisata bahari, lokasi memancing, menyelam/snorkeling, dan atraksi perkelahian antar rusa jantan (pada bulan Juli/Agustus) dan atraksi kawanan kera abu-abu yang memancing kepiting/rajungan dengan ekornya pada saat air laut surut.
  • Manting, dan Air Kacip. Di sini terdapat sumber air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, dan merupakan habitat macan tutul.
  • Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo. Di sini terdapat fasilitas untuk naik sampan di laut yang tenang, melihat berbagai jenis ikan hias, dan lokasi pengamatan burung migran.
  • Curah Tangis. Di sini terdapat fasilitas untuk kegiatan panjat tebing dengan tinggi 10-30 meter, dan kemiringan sampai 85%.
Selain wilayah di darat, wilayah pantainya dan lautnya juga patut dikunjungi, seperti Pantai Bama, Pantai Bilik, dan Pantai Sejile. Musim kunjungan terbaik adalah bulan Maret s/d Agustus setiap tahunnya.
Read more ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Designed By Published.. Blogger Templates