INDONESIA

INDONESIA

Breaking News

Wednesday, August 8, 2018

Geofisika dalam Preliminary Survey dan Eksplorasi Panas Bumi

PRELIMINARY SURVEY

Tahap preliminary survey merupakan program kerja untuk mendapatkan bukti bukti yang telah tersedia mengenai potensi panas bumi di suatu wilayah yang spesifik dan untuk mengidentifikasikan play type panas bumi yang sesuai sebagai petunjuk dalam kegiatan pengembangan selanjutnya. 
Informasi dasar yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi :
  • Power market dan power purchase agreement (PPA) 
  • Tambahan permintaan dan kemungkinan penggunaan energi panas bumi seperti untuk industri dan pemanas rumah kaca
  • Permasalahan infrastruktur (jalan, air, komunikasi dan transmisi)
  • Permasalahan kepemilikan sumber daya (perijinan pemanfaatan panas bumi)
  • Permasalahan lingkungan dan sosial
  • Rangka kerja institusional dan regulator
  • Pengumpulan dan interpretasi dari data survey remote sensing dan aerial yang tersedia
  • Informasi dari literatur yang tersedia mengenai sistem panas bumi termasuk geologi, hidrogeologi, dan thermal data dari data eksplorasi sebelumnya
  • Informasi dari data eksplorasi dan sumur sebelumnya di daerah target pengembangan panas bumi
sumber : Bochum University of Applied Sciences (Hochschule Bochum)

EKSPLORASI (GEOFISIKA)

Tujuan dari diadakannya Tahap ekplorasi adalah untuk mengumpulan data geosaintifik baru yang efektif secara biaya untuk meminimumkan ketidakpastian terkait dalam mengestimasikan parameter-parameter kunci reservoir (termperatur, kedalaman, perluasan, permeabilitas, dll) untuk menuju ke Tahap Tes Drilling.
sumber : Bochum University of Applied Sciences (Hochschule Bochum)

METODE
KEGUNAAN DALAM GEOTHERMAL
Gravity
Mengetahui struktur berupa fault, heat source dan perubahan densitas yang signifikan
Magnetic
Mengetahui persebaran batuan alterasi (geometri dan kedalaman intrusi)
contras magnetik di bawah batuan reservoir,
mengetahui kedalaman temperatur curie (berubah dari nferomagnetik menjadi paramagnetik)
MT
Mengetahui zona konduktif (caprock)
Identifikasi patahan
Karakterisasi zona hidrothermal
Resistivity
Menegtahui persebaran resistivitas di permukaan
SP
Mapping batas batas utama patahan
Monitoring reservoir geopthermal liquid dominated
Seismik
Locate subsurface structure (detail); fault and rock discontinuity (explain fluid flow)





Read more ...

Monday, February 8, 2016

Apa Itu Geofisika ?

Setelah menceritakan tentang Geologi pada post sebelumnya, saya akan menjelaskan suatu bidang ilmu yang sedang saya tekuni saat ini di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, yaitu Geofisika.

Geofisika

Geofisika merupakan sebuah bidang ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan metode-metode fisika yang terukur. Geofisika adalah ilmu sains terapan yang mencakup tentang interior bumi, kerak bumi, samudra, atmosfer, dan magnetosfer. Aplikasinya sangat luas, mencakup pengamatan magnetik yang dihubungkan dengan interaksi antara Bumi dan Matahari, lempeng tektonik dan interior bumi, eksplorasi minyak dan mineral, analisa lingkungan dan  teknik, dan bahkan investigasi arkeologis. Wilayah pembelajaran khas dari ilmu lain adalah sebagai berikut :

Seismologi adalah studi tentang data seismik. umumnya ada tiga kategori data seismik. Data Seismik Refleksi adalah data yang umum digunakan untuk eksplorasi petrolium karena resolusi dan tingkan keseksamaannya. Data Seismik Refraksi kebanyakan digunakan untuk mendefinisikan batas-batas lapisan utama didalam bumi. Data Seisimik Gempa digunakan untuk mempelajari struktur internal bumi yang dalam.

Studi lapangan Potensial (Potential Fields Studies) menyangkut pekerjaan dengan gravitasi, magnetik dan elektrikal bumi. Data magnetik dan gravitasi telah digunakan sejak awal untuk eksplorasi petrolium. Magnetik juga digunakan secara luas di eksplorasi mineral. Meskipun ada beberapa aplikasi penggunaan metode elektikal di eksplorasi petrolium, tetapi lebih banyak digunakan dalam eksplorasi mineral dan juga analisa lingkungan. Pengukuran Micro-gravity digunakan dalam analisis teknik.

Ingin menjadi Geofisikawan ?

Seorang Geofisikawan adalah orang yang mempelajari bumi dengan menggunakan metode gravity, magnetik, elektrikal, dan seismik. Beberapa geofisikawan menghabiskan sebagian besar waktunya di lapangan untuk mempelajari berbagai macam struktur bumi dan, sebagian lainnya banyak menghabiskan waktunya didalam ruangan menggunakan komputer untuk melakukan perhitungan dan pemodelan. Geofisikawan menggunakan metode-metode tersebut untuk menemukan minyak, tembaga, besi, dan berbagai material lainnya. Beberapa lainnya menaksir properti bumi dalam bencana alam, dan mengukur area untuk tempat pembangunan bendungan dan konstruksi. Geofisikawan Riset mempelajari struktur internal dan evolusi bumi, gempa bumi, lautan, dan struktur fisik lain menggunakan metode-metode tersebut.

Jenis-jenis geofisikawan

Geofisika memiliki jangkauan yang luas dalam ilmu kebumian (Earthsience) dan menawarkan berbagai jenis opsi :

  • Seismologists
  • Marine geophysicists
  • Petroleum geophysicists
  • Mining geophysicists
  • Environmental geophysicists
  • Atmospheric physicist
  • Gravity geophysicist
  • Magnetic geophysicist 
  • Electromagnetic geophysicist
  • Electrical geophysicist
  • Exploration geophysicists
  • Heat flow field work

Latar belakang studi yang harus dimiliki di sekolah ?

Jika ingin menjadi geofisikawan, maka dari bangku sekolah harus memiliki latar belakang yang kuat di bidang sains dan matematika, begitu juga dalam bidang komputer. Jika sekolahmu menawarkan program komputer dan ilmu kebumian maka ambilah.

Kemana harus kuliah ?

Telah banyak universitas yang telah menawarkan program Geofisika. baik Geofisika Murni maupun Teknik Geofisika. Di beberapa universitas ilmu geofisika juga merupakan penjurusan dalam jurusan Fisika. Mahasiswa yang menekuni ilmu Geofisika di Indonesia tergabung dalam HMGI (Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia)

Dimana bisa bekerja ?

Seorang Geofisikawan dapat bekerja dalam bidang industri maupun non-industri. Di bidang industri yaitu dalam bidang energi (migas) dan pertambangan. Dalam bidang non-industri seperti dalam dunia akademik (dosen dan lembaga penelitian) serta dalam pemerintahan. Gaji seorang geofisikawan mulai dari 30.000 USD sampai 100.000 USD



Read more ...

Sunday, February 7, 2016

Air Terjun Madakaripura - Tempat Meditasi Terakhir sang Patih Majapahit

Air terjun Madakaripura adalah sebuah air terjun yang terletak di Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Air terjun ini adalah salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun setinggi 200 meter ini merupakan air terjun tertinggi di Pulau Jawa dan tertinggi kedua di Indonesia. Air terjun Madakaripura berbentuk ceruk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi.
Air Terjun Madakaripura ini dikelilingi oleh tebing-tebing terjal yang membentuk ruangan dan berdiameter sekitar 25 meter. Berdiri di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 100 meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras.
Keunikan dan kesejukan air terjun Madakaripura ini membuat kita betah berlama-lama memandanginya. Tebing-tebing disekitar air terjun terdapat beberapa goa, mirip dengan lokasi film-film silat dan memang cocok untuk daerah pertapaan. Hanya terdengar suara air dan jauh dari kebisingan dan polusi kendaraan kota.

Menyaksikan keindahan panorama serta mengabadikan momen dengan kamera adalah cara terbaik untuk menikmati pesona Air Terjun Madakaripura. Air terjun yang terus-menerus mengalirkan curah air bepadu indah dengan lumut berkilauan akibat terkena sinar matahari. Tatkala Anda menengadahkan kepala ke arah langit, Anda dapat meresapi pesona indah yang dimilikinya.

Tempat Meditasi Terakhir Gajah Mada

Menurut kitab Negarakertagama, kawasan Madakaripura adalah pemberian Raja Hayam Wuruk kepada Gadjah Mada. Saat memasuki lokasi air terjun, terlihatlah patung mahapatih legendaris dari Kerajaan Majapahit tersebut.

Masyarakat di sana menyebutkan bahwa Gadjah Mada menjadikan Air Terjun Madakaripura sebagai tempat meditasi terakhirnya. Menurut keyakinan Jawa kuno, di sinilah Gadjah Mada mencapai moksa, yaitu menghilang dari muka bumi secara fisik dan spiritual. Tidak heran bila masih banyak orang datang ke lokasi air terjun ini untuk bermeditasi atau bertirakat, khususnya pada malam tangga 1 Syuro atau malam tahun baru penanggalan Jawa.

Perjalanan yang tak mudah

Perjalanan menuju Air Terjun Madakaripura dapat ditempuh melalui jalur Surabaya. Tetapi agar lebih mudah, Anda sebaiknya menyewa mobil di Malang atau Surabaya. Bila tidak ingin repot, Anda dapat mengambil paket wisata ke Gunung Bromo yang juga memasukkan destinasi Air Terjun Madakaripura di dalamnya.

Jalanan desa yang berkelok-kelok menjadi santapan perjalanan ke Air Terjun Madakaripura. Persiapkan kondiso kendaraan anda, angin ban, juga bensin. Sebab sepanjang trek tak akan kita temui bengkel, Tambal ban atau Pom bensin. Hutan-hutan disekitar sini masih tergolong lebat, warna hijau seakan mendominasi. Bahkan, masih terlihat sisi – sisa bekas penebangan hutan secara liar oleh warga sekitar untuk dibuka menjadi lahan baru.

Setelah perjalanan, Sebuah gerbang retribusi akan menyambut anda. Dari sini, jarak ke parkiran Air Terjun Madakaripura masih sekitar 300 meter. Saat tiba di lokasi air terjun Madakaripura kita akan bertemu dengan warung kecil, pos penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai, sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya.
Read more ...

Saturday, February 6, 2016

IS IT WESTERN OR EASTERN PART OF INDONESIA THAT HAS MORE ACTIVE PLATES ACTIVITY ?

The tectonics of Indonesia are very complex, as it is a meeting point of several tectonic plates. Indonesia is located between two continental plates: the Eurasian Plate (Sunda Plate) and Australian Plate (Sahul Shelf); and between two oceanic plates: the Philippine Sea Plate and Pacific Plate. Then, western or eastern part of Indonesia that have more active plates activity?

Order of tectonic in the western part of Indonesia shows the pattern of the tectonic that relatively simpler than the eastern part of Indonesia. The simplicity of tectonic structure is influenced by the presence of the Sunda Shelf that relatively stable. Striking dynamic movement only occurs in Borneo rotation and stretching of Makassar Strait. This can be seen in the pattern of distribution of West Indonesian subduction path . Thing that make eastern Indonesian geological structure more complicated is island arcs that bounded by the ocean with a depth of thousands of meters with trenches in a curved arc that exists between different sharp. Tectonically , eastern Indonesia is the location of the meeting of three tectonic plates, the Pacific Plate moves from east to west, the Australian Plate moving from the southeast to the northwest and the Eurasian Plate are moving from northwest to southeast. The crash among three tectonic plates produces a complex pattern that spreads from the island of Sulawesi, Maluku to Irian Jaya,

In the northern part of eastern Indonesia , the Pacific plate crashed into the west and south of Indonesia . The enormous pressure because of the movement of three earth plates : the Eurasian Plate , the Indian - Australian plate and the Pacific plate that caused the interior of the Earth's plates of the Indonesian archipelago is divided into small parts between the crust that move against each other that limited by active faults . While the western part of Indonesia is relatively stable compared to eastern Indonesia , therefore the islands are larger than those in the eastern region of Indonesia .

In the western region of Indonesia regularity tectonic lines clearly visible. Diping speed of the Indian-Australian continental plate in an average of 7.7 cm / year, relatively oblique dip in parts of Sumatra. This oblique diping produce trenches in the sea and on the land resulted in the Bukit Barisan mountains. In eastern of Indonesia, Pacific Ocean moving at an average speed of 8 cm / year (Sudrajat, 1997) against the Eurasian Plate from the east, so that ripped the earth's crust in Sulawesi with the formation of fragment slides: fault Pulokoro, fracturing Matano, and fault Sorong, etc. Maluku Sea is a clash between the plates of Eurasia-Pacific-the Philippines. This clash led to the formation of double subduction. Sangihe arc dip to the west reaches a depth of 650 km, and Halmahera swooping east to reach a depth of 300 km.

The area surrounding the West Southeast Maluku and Southwestern Maluku is a high earthquake-prone areas. The complexity of the geological conditions and the mixing of subduction of the India-Australia , the Pacific, the Eurasian and the Philippine plate cause the seismicity is more complicated. Whereas the earthquake and tsunami recorded history that had ever happened records that there are 174 tsunamis in Indonesia in 1629-2014, approximately 60 percent occurred in eastern Indonesia.

So, from the data we can conclude that Eastern part of Indonesia has more active plates activity as the location that lies among three active plates.
Read more ...

The Tectonic of Indonesia

Indonesia is the largest archipelagic state in the world comprising five major islands and about 300 smaller island groups. Altogether there are 13,667 islands and islets. The archipelago is situated on a crossroad between two oceans, the Pacific and Indian oceans, and bridges two continents, the Asian and Australian. Indonesia has a total area of 9.8 million sq km, of which more than 7.9 million sq km are under water.

The tectonics of Indonesia are very complex, as it is a meeting point of several tectonic plates. Indonesia is located between two continental plates: the Eurasian Plate (Sunda Plate) and Australian Plate (Sahul Shelf); and between two oceanic plates: the Philippine Sea Plate and Pacific Plate. The subduction of the Indian oceanic plate beneath the Eurasian continental plate formed the volcanic arc in western Indonesia, one of the most seismically active areas on the planet with a long history of powerful eruptions and earthquakes. This chain of active volcanoes formed Sumatra, Java, Bali, and Nusa Tenggara islands, most of which, particularly Java and Bali, emerged within the last 2-3 million years. The Pacific and Australian plate movements controlled the tectonics of the eastern portion of Indonesia.

Tectonically, Indonesia is highly unstable. As it location that lies on the Pacific where Indo-Australian Plate and the Pacific plate are pushed under the Eurasian Plate where they melt at about 100 km deep. A string of volcanoes runs through Sumatra, Java, bali, Nusa Tenggara and then loops around through to the Banda Islands of Maluku to the northeastern of Sulawesi. Of the 400 volcanoes, approximately 150 are active.

The Australian plate was moved northward and subducted under the Eurasian plate. The subduction zone can be traced from northern tip of Sumatra until the Lesser Islands, that creates deep submarine trench. Most of the earthquake also concentrate in this subduction zone. This subduction also triggers the formation of volcanic range from Sumatra, Java to Lesser Islands. The center part of Indonesia also experienced another subduction of Pacific plate that move southwesterly under the Eurasian plate. This subduction create the formation of volcanoes in the North Sulawesi, Sangihe and Halmahera. The Australian and Pacific plate collides in the eastern part of Indonesia and formed the mountain range in Papua, with Puncak Jaya / Carstenz Pyramide as the highest peak.


The tectonics processes in Indonesia formed major structures in Indonesia. The most prominent fault in the west of Indonesia is the Semangko Fault or the Great Sumatran Fault, a dextral strike-slip fault along Sumatra Island (about 1900 km). The formation of this fault zone is related to the subduction zone in the west of Sumatra. Palu-Koro fault is another major structural feature formed in the central part of Indonesia. This fault runs across the central part of Sulawesi Island and extends offshore to the west across Makassar Strait and ends in the Mangkalihat Peninsula in Borneo. The fault is named after the capital city of Central Sulawesi, Palu, on the west coast of Sulawesi and the Koro River, which is formed by the fault zone. Sorong fault is a significant left lateral fault in the eastern part of Indonesia, named after Sorong City. It has east-west orientation and extends from the northern part of West Papua to East Sulawesi for about 2000 km.
Read more ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Designed By Published.. Blogger Templates