A. Kesehatan dan Gizi
Selama 25 tahun (1969-1993),
berbagai program kesehatan dan gizi
telah berhasil meningkatkan kualitas hidup rakyat. Angka harapan hidup yang
pada awal PJP I adalah sekitar 45,7 tahun meningkat menjadi 62,7 tahun pada
akhir PJP I. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menurun dari 145
pada tahun 1967 menjadi 58 pada akhir tahun 1993. Angka kematian ibu melahirkan
per 100.000 kelahiran hidup menurun dari 450 pada tahun 1986 menjadi 425 pada
tahun 1992.
Pembangunan kesehatan berpengaruh
pula terhadap produktivitas dan peningkatan pendapatan rakyat sehingga juga
berpengaruh pada pengurangan kemiskinan. Peningkatan taraf kehidupan masyarakat
terlihat juga pada keadaan gizi masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang
antara lain tercermin dari adanya peningkatan konsumsi pangan yang bermutu dan
makin menurunnya angka prevalensi berbagai masalah gizi-kurang. Prevalensi
kurang energi protein (KEP) total pada anak balita menurun dari 48,2 persen
pada tahun 1978 menjadi 40 persen pada tahun 1992. Kebutaan karena kekurangan
vitamin A (KVA) pada akhir PJP I sudah hampir tidak ditemukan lagi. Secara
keseluruhan, perbaikan gizi masyarakat juga meningkatkan produktivitas kerja
yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi.
B. Program dan Kebijakan
a. KB
Soeharto
yang sangat pro barat memiliki kebijakan yang berbeda dengan Soekarno, dalam
hal kependudukan pun Soeharto mendapat bantuan dari USAID dan UNFPA. Sehingga
program kebijakan kependudukan Soeharto berasal dari saran-saran negara barat.
Selain itu Soeharto juga berhasil mengatasi hambatan berupa moralitas agama,
yang seperti diketahui moralitas agama merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi lancar atau tidaknya program pengendalian penduduk. Dalam hal ini MUI (Majelis Ulama Indonesia)
membuat suatu fatwa atau resolusi yang intinya mengizinkan adanya kontrasepsi
dan mendukung kebijakan pemerintah tentang pengendalian penduduk.
Suatu hal
yang sangat fenomenal, mengingat gerakan moralis agama merupakan tantangan
terbesar bagi kebijakan pengendalian penduduk. Seperti yang diketahui bahwa di
Philipina moralias agama menentang keras konsep pengendalian pendudukan
(Kontrasepsi) dengan kelembagaan gereja katolik sebagai garda terdepan, dimana
gereja Katolik memiliki pengaruh yang
sangat besar di masyarakat. Akibatnya, kebijakan pengendalian penduduk di Philipina
kurang diperhatikan, hal ini terlihat dengan minimnya fasilitas layanan untuk
kesehatan reproduksi.
Orde baru
dibawah kepemimpinan Soeharto berhasil mengatasi beberapa hambatan terbesar,
dan sukses untuk merangkul kaum Moralis Agama (MUI), selain itu Soeharto
menandatangani Pimimpinan Dunia 'Deklarasi Kependudukan pada tahun 1967 sebagai
bukti komitmennya untuk mengurangi jumlah laju pertumbuhan penduduk. Setahun
kemudian Soeharto membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), Pada
tahun 1970 terjadi peningkatkan status dari LKBN menjadi dewan koordinasi
(BKKBN) dengan ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Kunci sukses KB pada masa
Soeharto adalah perangkat BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional),
mulai dari pusat hingga kabupaten di bawah kendali pemerintah pusat. program KB
wajib dilakukan seluruh pejabat pemerintah, baik di pusat maupun daerah. Bila
salah satu pejabat gagal menahan lonjakan penduduk di daerahnya, maka
konsekuensinya dia dilengserkan dari jabatannya
Peran
sentral Soeharto dalam pembentukan program keluarga berencana, dan dukungannya
yang teguh dalam pelaksanaannya, diakui secara internasional dengan pemberian
award 1989 dari Penduduk PBB. Sementara tidak ada keraguan bahwa Soeharto
membuat kontribusi yang luar biasa untuk program ini, hal itu dilakukan sebagai
upaya penting dalam memberikan wawasan bagi mereka yang berada dalam kesulitan
nyata serta sebagai jawaban untuk mengatasi penolakan serta permusuhan terhadap
keluarga berencana.
Keberhasilan
KB
·
Berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk
indonesia dari 2,32 % pertahun selama periode 1971 – 1980 menjadi sekitar 1,66%
pada akhir pembangunan jangka panjang I (PJPI).
·
Angka kematian kasar turun dari 19,1 per
seribu penduduk pada kurun waktu 1967-1970
menjadi 7,9 per seribu pada tahun 1993.
·
Angka kelahiran total per wanita menurun dari 5,6
anak dalam kurun waktu 1967-1970 menjadi 2,87 anak pada akhir Pembangunan
Jangka Panjang I.
b. Puskesmas
Puskesmas sebenarnya adalah program dari Soekarno,tetapi
berkembang pesat di era Soeharto. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
v Bentuk-bentuk
puskesmas pasa tahun 1967:
1.
Tipe A, adalah tipe puskesmas yang dipimpin oleh dokter
penuh
2.
Tipe B, adalah tipe puskesmas yang dipimpin oleh
dokter tidak penuh
3.
Tipe C, adalah tipe puskesmas yang dipimpin oleh
tenaga paramedis
Sebelum Repelita I jumlah puskesmas adalah 1.227
buah. Pada tahun 1992/93 meningkat menjadi 6.277 buah. Jika pada tahun 1968
setiap puskesmas rata-rata melayani 96 ribu penduduk, pada tahun 1992/93 setiap
puskesmas rata-rata melayani 28 ribu penduduk.
v Fungsi PUSKESMAS
1.
Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya
2.
Membina peran serta masyarakat di wilayah dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya.
v Delapan belas kegiatan pokok puskesmas adalah
1. Upaya kesehatan ibu dan anak
2. Upaya keluarga berencana
3. Upaya peningkatan gizi
4.
Upaya
kesehatan lingkungan
5.
Upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6.
Upaya
pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
7.
Upaya
penyuluhan kesehatan
8.
Upaya
kesehatan sekolah
9.
Upaya
kesehatan olahraga
10. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
11.
Upaya
kesehatan kerja
12. Upaya kesehatan gigi dan mulut
13. Upaya kesehatan jiwa
14. Upaya kesehatan mata
15. Upaya laboratorium sederhana
16. Upaya pelaporan dan pencatatan dalam rangka system
Informasi dan Kesehatan
17. Upaya kesehatan Lansia
Upaya pembinaan pengobatan
tradisional
c. Posyandu
v Posyandu merupakan
pengembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu adalah pusat
kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. 5
program posyandu yaitu KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare, dan Imunisasi.
v Macam imunisasi yang
diberikan di posyandu adalah
1. BCG untuk mencegah
penyakit TBC
2. DPT mencegah penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
3. Polio untuk mencegah
penyakit kelumpuhan
4. Hepatitis b untuk mencegah
penyakit hepatitis b (penyakit kuning).
v Tujuan posyandu
1. Menurunkan angka kematian
bayi (AKB), angka kematian ibu (ibuhamil)
2. Meningkatkan peran serta
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang
untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
3. Berfungsi sebagai wahana
gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan
ekonomi keluarga sejahtera.
v Kegiatan Posyandu:
1. Pelayanan balita dan ibu
hamil
2. Promosi dan distribusi Vit
A, Fe, garamzodium, dan suplemen gizi lainnya.
3. Menjadi andalan kegiatan
penggerakan masyarakat ( mobilisasisosial) seperti PIN, campak, vit A, dsb.
4. Menjadi pusat penyebaran
informasi betapa pentingnya KB dan pelayanan kesehatan sebelum dan setelah
peralinan.
5. Mengajarkan warga
bagaimana mengelola nutrisi yang baik, pakaian yang bersih, dan rumah yang
sehat.
v Keberhasilan Posyandu :
1. Pelayanan kesehatan dan
posyandu yang tersebar hingga desa terpencil berhasil menekan angka kematian
bayi.
2. Dapat mengendalikan
penyebaran penyakit menular
3. Dapat memperbaiki kondisi
kesehatan masyarakat.
d. IDT
Inpres
Desa tertinggal yaitu program penempatan dokter di daerah-daerah tertinggal.
IDT direalisasikan mulai 1 April 1994. Pada 1994-1995 telah ditempatkan lebih
dari 3000 dokter PTT dan 800 doktergigi PTT. Dokter PTT adalah kependekan dari
Dokter Pegawai Tidak Tetap. Massa kerjanya 1 tahun
dan untuk daerah sangat terpencil tertentu hanya 6 bulan saja, selanjutnya bisa diperpanjang. Pada suatu saat
calon dan pengguna KB semakin merebak di berbagai pelosok desa dan tidak bisa
lagi dilayani dokter PTT, maka Pak Harto menggelar Inpres Bidan dengan membuka
sekolah bidan dimana-mana dan dalam tiga tahun kebutuhan bidan terpenuhi.
e. Imunisasi
Sejarah
imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan imunisasi cacar; dengan
selang waktu yang cukup jauh yaitu pada tahun 1973 mulai dilakukan imunisasi
BCG untuk tuberkulosis, disusul imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil pada
tahun 1974; imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada bayi mulai diadakan
pada tahun 1976. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982
imunisasi campak mulai di intensifkan, dantahun 1997 imunisasi hepatitis
mulaidilaksanakan.
Program
imunisasi secara lengkap mulai dirintis pada Pelita I. Ini merupakan hasil dari
seminar pengembangan program imunisasi dan pengamanan penyakit menular. Pada
bulan Januari tahun 1977, telah disetujui bahwa dalam program imunisasi, selain
cacar dan BCG juga akan ditambahkan kegiatan imunisasi dengan antigen DPT
(termasuk TFT untuk mencegah tetanus). Telah ditetapkan pula bahwa program
nasionaldilaksanakanpadaPelita III.
Dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, kegiatan imunisasi terus
ditingkatkan sehingga pada tahun 1992-1993 secara nasional cakupan imunisasi
lengkap telah mencapai 89,9%, lebih tinggi dari pada sasaran yang ditetapkan
WHO secara internasional yaitu 80%.
Diadakannya
program pengembangan imunisasi atau PPI pada tahun 1973 yang meliputi pemberian
imunisasi terhadap tujuh penyakit, diantaranya yaitu Hepatitis B, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Polio, BCG, dan vaksin campak.
f. Asuransi Kesehatan
Pada
zaman orde baru juga dikenal 3 macam asuransi kesehatan
:
1. Perum Husada Bakti
sekarang
PT.Askes, yang menangggung pembiayaan kesehatan bagi pegawai negeri sipil,
pensiunan , veteran dan anggota keluarganya
2. PT. ASTEK
didirikan
pada tahun 1977 berdasarkan PP Nomor 33 Tahun 1977 ( yang kemudian berubah
menjadi PT. Jamsostek pada tahun 1995
berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 1995 ) yang menanggung pembiayaan kesehatan bagi
tenaga kerja sektor swasta dan BUMN
3. PT. Asabri
menanggung
pembiayaan kesehatan bagi anggota TNI, Kepolisian RI, PNS Departemen Pertahanan
beserta anggota keluarganya ( dibentuk berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1971 yang
disempurnakan lagi dengan PP Nomr 67 Tahun 1991 ) ( Kementerian Kesehatan RI ;
2011 )
C.Pembangunan Fasilitas Kesehatan
|
Rumah Sakit (unit)
|
Tempat tidur (unit)
|
Puskesmas (unit)
|
Apotik (unit)
|
|
1976
|
998
|
71350
|
3679
|
1175
|
|
1977
|
1083
|
83091
|
3893
|
1214
|
|
1978
|
1168
|
94831
|
4053
|
1284
|
|
1979
|
1181
|
96540
|
4353
|
1413
|
|
1980
|
1208
|
98543
|
4553
|
1532
|
|
1981
|
1220
|
100166
|
4753
|
1537
|
|
1982
|
1232
|
101789
|
4953
|
1661
|
|
1983
|
1244
|
103412
|
5021
|
1665
|
|
1984
|
1321
|
108511
|
5353
|
1810
|
|
1985
|
1367
|
110426
|
5453
|
1955
|
|
1986
|
1408
|
111300
|
5553
|
2134
|
|
1987
|
1456
|
n.a.
|
5639
|
2163
|
|
1988
|
1500
|
n.a.
|
5540
|
2510
|
|
1989
|
924
|
n.a.
|
5563
|
2620
|
|
1990
|
950
|
109387
|
5656
|
2741
|
|
1991
|
982
|
111160
|
5976
|
3223
|
|
1992
|
994
|
112779
|
6224
|
3520
|
|
1993
|
1026
|
114474
|
6954
|
3868
|
|
1994
|
1039
|
116847
|
6984
|
3988
|
|
1995
|
1062
|
118306
|
7105
|
4572
|
|
1996
|
1074
|
120083
|
7177
|
5084
|
|
1997
|
1090
|
121996
|
7175
|
5440
|
|
1998
|
1112
|
123186
|
7181
|
5491
|
D. KEBERHASILAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN
Pembangunan dalam segala bidang yang
dicanangkan oleh Soeharto, Presiden RI melalui program Repelita, selain
memprioritaskan pertanian namun sektor kesehatan juga menjadi perhatian dalam
proses membangun. Setelah melalui lima tahap pada Pelita Tahap V dalam
membangun pada sektor kesehatan Indonesia berhasil melakukan terobosan
pemerataan dalam bidang kesehatan.
WHO pada tanggal 18 Februari 1991 setelah melakukan serangkaian penilaian dalam aspek kesehatan, Indonesia mendapatkan penghargaan “The Health for All” . Medali tersebut diberikan kepada Soeharto, Presiden RI dalam kepeloporannya dalam menangani bidang kesehatan (HM Soeharto dalam Berita 2010 : 568) Mencatat beberapa kegiatan dibidang kesehatan dapat disampaikan beberapa catatan berkaitan dengan kegiatan pada sektor kesehatan yang dikutip dari berita Kompas terbitan 18 Februari 1991, dalam Presideb RI II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam berita sebagai berikut :
WHO pada tanggal 18 Februari 1991 setelah melakukan serangkaian penilaian dalam aspek kesehatan, Indonesia mendapatkan penghargaan “The Health for All” . Medali tersebut diberikan kepada Soeharto, Presiden RI dalam kepeloporannya dalam menangani bidang kesehatan (HM Soeharto dalam Berita 2010 : 568) Mencatat beberapa kegiatan dibidang kesehatan dapat disampaikan beberapa catatan berkaitan dengan kegiatan pada sektor kesehatan yang dikutip dari berita Kompas terbitan 18 Februari 1991, dalam Presideb RI II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam berita sebagai berikut :
·
Pada
tahun 1988 dunia dibuat tercengang ketika Presiden Soeharto menerima 8 orang bekas
penyandang penyakit kusta di Bina Graha, dalam rangka Pekan Olah raga
penyandang kusta. Presiden bersedia berjabat tangan dengan mereka.
·
Program
Imunisasi, yang memiliki damapak pada pencegahan kematian bayi, damapk
positifnya adalah :
• pada tahun 1971 angka kematian bayi 142 bayi per 1000 bayi
• pada tahun 1980 112 per 1000 bayi
• tahun 1980 menjadi 112 per 1000 bayi
• 1985 menjadi 75 per 1000 bayi
• selama 9 tahun terjadi penurunan angka kematian bayi rata-rata 3,3, % diperkirakan angka kematian bayi tahun 1990 54/1000 kelahiran, tahuin 1995 menjadi 48/1000 kelahiran, tahun 2000 menjadi 35/1000 kelahiran.
• pada tahun 1971 angka kematian bayi 142 bayi per 1000 bayi
• pada tahun 1980 112 per 1000 bayi
• tahun 1980 menjadi 112 per 1000 bayi
• 1985 menjadi 75 per 1000 bayi
• selama 9 tahun terjadi penurunan angka kematian bayi rata-rata 3,3, % diperkirakan angka kematian bayi tahun 1990 54/1000 kelahiran, tahuin 1995 menjadi 48/1000 kelahiran, tahun 2000 menjadi 35/1000 kelahiran.
·
Dunia
dibuat lebih yakin dengan pencanangan pemberian ASI (air susu ibu) bertepan
hari Ibu ke-62 dan Hari Kesetiakawanan Nasional th. 1990 oleh Presiden
Soeharto. Beberapa catatan tentang pencanangan pemberian ASI tersebut.
·
Gerakan
sadar gizi di Wonogiri 1989, program perbaikan gizi pada 1.059 desa lama dan
24,250 desa lama. Dan penanggulangan gondok endemic terhadap 289.800 orang dari
23 propinsi dilakukan penyuntikan
·
Perangan
dalam pencetus Inpres Puskesmas tahun 1972, sebagai terobosan dalam pelayanan
kesehatan secara merata di Indonesia. Pembuatan rumah dinas para dokter dan
para medik. Jumlah puskesmas tercatat 5.631, Puskesmas pembantu 14.850,
Puskesmas keliling roda empat 3.867 buah, dan perahu motor 546 buah.
·
Pembuatan
Pos Pelayanan Terpadu pada tahun 1984 berjumlah 200.000 buah dari 65.517 desa
tersebar diseluruh pelosok Indonesia.
Beberapa usaha di atas merupakan alasan bangsa Indonesia mendapatkan penghargaan “Health for All Golden Medal Award’ dari WHO.
Beberapa usaha di atas merupakan alasan bangsa Indonesia mendapatkan penghargaan “Health for All Golden Medal Award’ dari WHO.